Kami masih terus berjalan dalam diam.
Berjalan dan terus berjalan entah akan berhenti dimana, apakah sampai kaki ini
sudah tak kuat lagi untuk berjalan baru kita akan berhenti. Ilham sesekali
melihat ke arahku dengan tatapan yang tak dapat kumengerti. Tangannya terus
meremas tanganku dengan erat seakan takut kalau genggaman tangan kami akan
terlepas dan aku akan menghilang dikerumunan orang.
Beberapa orang
berjalan disekitar kami, bahkan ada yang berlawanan arah dengan kami. Suasana
taman malam ini memang sangat ramai, tidak seperti biasanya. Semua suasana dan
kondisi yang kami alami malam ini sama persis dengan apa yang kita alami dalam
hubungan kita selama ini. Hubungan yang terus berjalan dengan baik, namun kita
tak pernah tahu kapan bisa sampai tujuan.
“Udah Ham, aku
capek..” Siska berhenti berjalan dan duduk di dekat sebuah pot tanaman yang
sangat besar. Siska berusaha melepas genggaman tangan Ilham, namun genggaman
itu susah terlepas. Ilham ikut berhenti berjalan dan duduk disebelah Siska.
“Aku juga capek
sebenernya Sis, kita dari tadi jalan dan nggk nemu tempat yang oke buat duduk.”
Ilham melepas genggaman tangannya dan mengelap dahinya yang berkeringat.
“Sekarang kita
udah duduk kan,,, ngapain coba dari tadi susah-susah nyari tempat, padahal gampang
tinggal duduk disini” Siska tertawa sambil menutup mukanya dengan kedua
tangannya. Siska nampak meremas rambutnya, tanda Ia sudah mulai frustasi.
“Sabar lah Sis,,
kan kita tadi usaha cari tempat lain yang lebih oke.” Ilham meremas bahu Siska
mencoba menenangkan.
“Sabar ?” Siska
menghembuskan nafas dengan malas, “Apa yang kita lakuin malam ini tuh sama
persis kayak hubungan kita Ham..” Siska menatap serius ke arah Ilham.
Ilham terlihat
sedikit bingung, “Maksud kamu ? masak hubungan kita disamain sama nyari tempat
duduk ?”
“Kita tuh
pacaran udah lima tahun Ham, dan hubungan ini jalan di tempat terus, padahal
kita udah tahu tujuannya, sama kayak nyari tempat duduk tadi, jalan terus
padahal banyak tempat yang bisa dijadikan tempat duduk di sekitar kita.” Siska
berusaha menjelaskan panjang lebar.
“Iya kita udah
tau tujuannya, tapi kita nggk bisa sampai kesana Sis. Kita beda dan perbedaan
itu susah untuk disatukan.” Ilham berusaha menenangkan Siska.
“Terus kalau
kita udah tau endingnya, kenapa kita jalani terus Ham,,” Siska masih terlihat
emosi.
“Sabar dong Sis,
aku lagi usaha untuk cari solusi, gimana caranya kita bisa sah secara hukum
dan sah secara agama.”
“Aku udah capek
Ham, sama kayak hari ini, kita muter-muter cari tempat duduk padahal banyak
tempat yang bisa dijadiin kursi. Kita itu sebenernya bisa Nikah, cuma satu
solusinya salah satu dari kita pindah agama. That’s it.”
Ilham menarik
nafas dan mengehembuskannya berusaha menenangkan diri. “Sis, kita udah bicarain
ini puluhan kali, bahkan mungkin ratusan kali.”
“tapi ratusan
kali pula kita hanya menemukan satu solusi, pindah agama cuma itu solusinya”
Siska mulai terlihat emosi.
“Udahlah Sis,
aku capek kalo ngomongin masalah ini, nggk akan ada habisnya.” Ilham berusaha
menghindar.
“Aku juga capek
Ham jalanin hubungan ini, capek untuk terus jalan, padahal kita udah tau
endingnya tetep nggak bisa.” Siska terlihat murung dan kesal.
“Kamu bilang
capek jalan terus padahal sudah tau endingnya tetep nggak bisa ? terus kenapa
kamu mau pacaran sama aku ? kenapa nggak dari awal aja kamu nolak” Ilham mulai
terpancing emosi.
Siska terlihat
marah dan semakin emosi “Terus kenapa juga kamu ngajakin aku pacaran ? kamu kan
udah tahu, hubungan ini nggak akan bisa berhasil.”
“Terus kenapa
Tuhan nemuin aku sama kamu ? kenapa cuman kamu yang buat aku nyaman ? kenapa musti kita yang beda agama ? aku harus tanya ke siapa Sis ?.”
Siska terdiam
mendengar ucapan Ilham, air mata mulai mengalir di pipinya. Rasa lelah
karena berjalan mencari tempat duduk lenyap begitu saja, semua berganti dengan
rasa perih yang bersarang di dadanya. Rasa perih yang menusuk-nusuk hingga ke
dalam hatinya.
“Sis, kita
sama-sama tahu, agama itu bukan permainan, agama itu hubungan personal yang intim antara manusia dan Tuhan, …” Ilham berusaha merangkai kata-kata yang
tepat “Aku nggk bisa korbanin Tuhan demi hubungan ini sis, begitupun dengan kamu kan ?
Jadi lebih baik kita akhiri semuanya Sis.”
“Akhiri setelah
kita berjalan cukup jauh ? kenapa nggak dari dulu Ham ?” Siska setengah
berteriak. Beberapa orang memandang ke arah mereka berdua.
Indiana Yanuar (2014)
Mbak ini endingnya spt apa
BalasHapusDiki,,, aku baru sadar kamu comment, hehe endingnya terserah pembaca maunya gimana? :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus